Prof.Dr.Wahyu Wibowo : Karya Puisi Pulo Lasman Simanjuntak Penuh dengan Teknik Pembentukan Imaji Liar


Jakarta,-  "Karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak penuh dengan teknik  pembentukan imaji liar," ujar Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Dosen Fakultas Sastra Universitas Nasional , di Jakarta, Rabu malam (20/12/2023).

Menurutnya, maksud liar di sini, menyuguhkan diksi yg dianggap tidak umum.

" Misalnya, memilih kata "janin" untuk dikatakan bahwa janin tersebut lahir dari pecahan rahim rembulan. Penggunaan kata "rahim rembulan" yang disandingkan dengan kata "janin" melahirkan imaji liar tersebut," ucapnya.

Karena maknanya menjadi ambigu (jika tidak hendak disebut gelap), pembaca akan menabrak ke sana kemari untuk mencari makna benarnya. 

"Dan, gaya ini ditekuni Pulo Lasman Simanjuntak sepanjang karier berpuisinya yang berlangsung sejak lama. Jadi kiranya inilah gaya ucap  Pulo Lasman Simanjuntak sebagai penyair," tegasnya.

Coba simak bait puisinya, "kuburan berbatu-batu disinari matahari murtad", lalu renungi apa maknanya. 

"Tapi, memang, Pulo Lasman Simanjuntak  mencerminkan semangat litentia poetica sejati," pungkasnya.

 "Ibarat sedang berada di  kebun apel, Pulo Lasman Simanjuntak tinggal memetik apel-apel itu dengan bahagia dan riang lalu memasukkannya ke dalam keranjang," ucap Penyair dan Sastrawan  Herman Syahara di Jakarta, Rabu malam (20/12/2023).

Dikatakan, begitu apel-apel itu berada di keranjangnya, maka semua orang akan bersepakat, itu adalah apel hasil petikan Pulo Lasman Simanjuntak.

 Ada yang merah tua,  merah muda kehijauan, berukuran sedang,  kecil,  atau besar.

" Begitulah saya melukiskan bagaimana perlakuan Pulo Lasman Simanjuntak terhadap puisi-puisinya.Juga puisi berjudul Janin Rembulan ini," ucapnya.

Menulis puisi, lanjutnya, bagi Pulo  Lasman Simanjuntak  seperti tak terbebani oleh pilihan diksi.

Dia tinggal memetik kata-kata itu lalu menyusunnya ke dalam puisi yang sedang ditulisnya. 

"Pembaca pun mafhum,  itulah puisi Pulo Lasman Simanjuntak, berhias majas-majas yang rapat dan rimbun seperti tak tertembus indra san rasa," ujarnya.

Namun,  bagi yang paham siapa Pulo Lasman Simanjuntak,   dia akan segera tahu bahwa  selain sebagai rohaniawan yang mengenal apa itu makna  podium  dan jemaat, dia juga seorang jurnalis yang terlatih memilah dan memilih diksi.  Perpaduan antara jurnalis dan pengkhotbah ini nampak berkelindan,  berjejak jelas pada puisi-puisi Pulo Lasman Simanjuntak," tegasnya.

Sementara itu Penyair Nanang R Supriyatin mengatakan  puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak menemui diksi yang baru dan bagus.

"Narasinya dan estetika harus dibangun terus. Diksi, dan tema, sudah menciptakan inspirasi buat pembaca.Diksi dan tema dalam puisi Pulo Lasman Simanjuntak sudah terbangun sangat kuat, " pungkas Nanang R Supriyatin.

Berikut di bawah ini sejumlah karya puisi/sajak Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.

Sajak 

Pulo Lasman Simanjuntak

JANIN REMBULAN

janinnya lahir dari pecahan rahim rembulan
pada malam mencemaskan
bahkan darahnya mengalir ganjil
menyusuri mataair 
bermuara pada sebuah gua rahasia 
teramat dalam
disimpan sekian waktu
ada jarak keras
sampai angin dinihari berlalu

ke sana dimulai titik perzinahan 
sungguh menjijikkan, katamu
mengurai dua musim
menguliti tubuhnya
tanpa warna obat 
di meja operasi berbayar

seperti pendatang asing
yang mau ziarah sunyi
di kuburan berbatu-batu
disinari matahari murtad
sampai tiba di bumi ini
tangisan lelaki perkasa
tanpa airmata kedunguan

Jakarta, Minggu, 3 Desember 2023

MENULIS SAJAK DENGAN AIR LUMPUR


menulis sajak dengan air lumpur
tubuhku harus turun perlahan
ke kaki-kaki bumi
jaraknya dibatasi ribuan paralon
kadang tak puasa seharian
menelan perkakas biji besi
sampai bersekutu
dengan kegelisahan
tak mandi matahari


nyaris tiga tahun
aku buas memperkosa
apa saja binatang liar
yang menyusup dalam air tanah

menulis sajak dengan air lumpur
tak kunjung selesai
sampai bait ketiga

lalu kutebar kemarau
di area persawahan yang berkabut
baunya sangat membusuk
racunnya tiba-tiba membentuk
sebuah ritual yang menyebalkan
sehingga kulitku gatal dan keruh
membabi buta siang dan malam

maka menulis sajak dengan air lumpur
harus diselesaikan dengan tuntas 

Jakarta, 2023


PRIA TANPA KELAMIN

pria tanpa kelamin
rajin menyapa 
hujan sorehari
sambil tertidur pulas
menjelma jadi hewan pemalas

dari atas ranjang tembaga
ditularkan ribuan kuman
tumbuh subur
dalam akar panas bumi
perlahan dimatikan
angan-angan terjebak di atas dahan

setiap pergi pagi buta
ingin menembus belantara kota jakarta

hari-hari selanjutnya
makin mengerikan 
paru-parunya kini terinfeksi 
bakteri takut dewa matahari 
bahkan hatinya 
hanya mengalahkan dua kali
semakin gelap 
ingin pergi ke planet 
dunia orang mati 

pria tanpa kelamin
memiliki sepotong ginjal 
yang telah membuat bengkak 
seluruh rumah suci
tempat orang berdoa 
mengumpulkan dosa
masa lalu paling menyakitkan 

pria tanpa kelamin
pingsan sejenak 
lalu bangun lagi
tabur mawar 
di tempat tidur penyakit menular
benar-benar liar 

apakah masih ada harapan
karena kemelaratan
berlanjut untuk waktu yang lama 

Jakarta, 2023


RUMAH SAKIT BERTINGKAT

dari muka tulisan suci
tubuhnya terus membengkak
berubah menjadi bangunan
rumah sakit bertingkat 

lalu menatap langit sepanjang hari
yang menelan
kuman diagnosis penyakit
menyebarkan
kesepian berdahak
dari perawan yang tidak memiliki sperma berkepanjangan

jam berapa sekarang, tanyanya
bau infus telah menyebar 
ke kuburan basah
air mata merah
kemarahan
telah menyebarkan kebohongan 

“Jika kematianku datang, biarlah dibungkus dengan kain kafan tua, karena peti mati itu terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu 

lalu sebelum pulang
telah melewati ranjang kematian ini
tepat di bawah perutmu yang berlubang
disuntikkan ke dalam terowongan berair
tembus ke liang lahat
Umemang mengerikan! 

Jakarta, 2023 

KIDUNG MALAM HARI

kusalin kidung-kidung terluka-
tanpa rebana
nyanyian mezbah
makin rebah
tak berdaya

matahari terbenam
dalam dingin
cuaca kering

lalu kulihat di matamu
katarak amarah
membara

selalu terbesit
persungutan berair
tak juga mencair

bernyanyilah untukku
kesunyian apel malam
mengeja kitab suci
mari kita bermazmur
sampai dinihari

hari-hari sendiri lagi
malam menjelma
jadi hujan
jadi kekelaman

hanya menghitung bintang-bintang
sampai langit ketiga
nada nyanyiannya
makin sendu
tersedak

oi, aku kembali
jadi batu

Jakarta, Senin, 25 September 2023

TANGISKU UNTUK PULAU REMPANG

tangisku untuk pulau rempang
dulu hidup damai dengan bertani, berkebun, dan melaut
di atas hamparan lahan
ribuan hektare

kini terhempas keji
kejam
tak bisa dibendung
senjata dan gas air mata

tangisku untuk pulau rempang
mengalir amat deras
dari wajah ibu dan anak di tanah adat melayu
tergusur dari hunian yang dibangun di atas hamparan samudera raya
menjelma jadi pabrik kaca
tajam dan berdarah

jeritan kesakitannya
karena telah kehilangan rumah, masa depan, dan tanah air sendiri
sampai juga
ke pintu istana emas dan gudang-gudang persenjataan
membawa duka kemiskinan
tipuan triliunan rupiah

mulut-mulut berapi
investor omong kosong
dengan gigi kekerasan
mengigit rakus matahari
bahkan mereka hanya mau menawarkan semangkuk sup-
racun tumbuhan

lihatlah,
nelayan tak mampu lagi
berenang dengan kail dan ikan
sebab lautan telah berubah
jadi ratusan dajal
menyelam liar
membawa tangisan histeris untuk penduduk pulau rempang

ini duka kita semua
berakhir dengan kepiluan
kesedihan di tanah kuburan kematian yang dipaksakan

memanjang sampai akhir
kehidupan kehilangan mata pencaharian
dalam penderitaan
ujian iman dan doa syafaat
harus segera dilayangkan
sangat keras
sekeras batu karang

walaupun berakhir bentrok
membara
kaki-kaki yang muntah
rambut panjang yang pecah
tak lagi menerbitkan seberkas cahaya
airmata putus asa

Jakarta, Kamis, 28 September 2023

SEPTEMBER MENGERIKAN

seribu peluru persungutan liar-
dimuntahkan
dari genting rumah
jatuh di dasar sumur
air tanah makin memuakkan

bahkan suara ledakannya
tak mampu tembus
cakrawala garis jingga
ditelan minyak jelantah
dikunyah bau busuk
mulutnya

siapa lagi awal bulan ini
mau memberi sepotong daging segar
jelang hari ketujuh mengetuk pintu
tannyamu
seperti suara kidung
putus asa

mari,
tetap kita nyalakan obor
berjalan dengan tiang api
di atas mezbah sajakku
pesta kelaparan
mau digelar
hambar

ingat, teriakmu
tak ada hawa napsu birahi
dikunci tiap dinihari
menebar benih kesakitan
sangat membosankan

pergilah ke gurun pasir
tusuk tenggorokanmu
pecah
berdarah
tak ada hujan

september telah datang
makin mengerikan
kembali dihadirkan
lewat tangisan bayi dalam kandungan

karena doa deras dilayangkan tiap malam
tak mampu lagi membendung pikiran
dan ramalan
digenapi
sungguh menyakitkan

Jakarta,  20 September 2023

PENYAIR BERMATA BATU

penyair bermata batu
masuk usia suntuk
seharian menyalin meditasi
agar ada sajak-sajak suci
mengalir dari mata air sungai
kehidupan anak domba
yang disembelih

tanpa tulisan
suara sunyi
terus berbisik
berguguran
benih matahari

supaya jangan ada lagi
amarah meledak
bau busuknya
menyusup
dalam perutmu kian mengecil
aku suka berkelamin

penyair bermata batu
ikut kecewa
anaknya senang berhala
tak lagi pandai berucap sedap
ia terjebak di pulau-pulau terluar

sambil terus berdansa
menghisap mimpi tidurnya
bermalam di padang kelam

penyair bermata batu
lalu melarikan sajaknya
ke gedung kesenian rakyat
di sini ia bertemu para pujangga
punya lidah tajam
seperti pisau cukur tua
mereka lalu bertukar wajah
dengan presiden penyair
tak lagi mabuk anggur
dipetik dari ribuan bintang
sampai langit ketiga

aku sendiri mau menyendiri
lantaran tak sanggup
menatap penyair bermata batu
keluh kesahnya semakin terluka
memerah
dalam sajaknya
yang kelaparan ini

Jakarta, Juli 2023

SEPTEMBER MENGERIKAN, OKTOBER MAKIN MENCEMASKAN

september mengerikan
oktober makin mencemaskan
sudah berjalan perlahan-lahan
keras
menegangkan

tangisan terulang
jadi nafas kematian
di ranjang kusantap
sperma menjijikkan

ditiup angin kemarau panjang
selesai di bukit-bukit memanjang

september mengerikan
oktober makin mencemaskan
aku ketakutan
dalam kamar khayalan
menjelma jadi ribuan mata uang

hujan tak bisa hapuskan
kegelisahan disebar pepohonan
yang tak pernah disiram
sampai matang

setelah melalui perjalanan
paling memalukan !
akhirnya tibalah para pejalan malam
beristirahat dalam alur sungai
membusuk diterjang
bangkai binatang
diam-diam menyusup
dalam bulan telanjang

Jakarta, Senin 2 Oktober 2023

KEMARAU MEMBAKAR SAJAKKU

sungguh,
kemarau telah membakar sajakku
cuaca ganas
merayap-rayap
di atas pohon meranggas
daunnya sudah rontok
mengeluarkan semburan gas berapi

bahkan lidah kemarau yang keji
nyaris melahap
ratusan ikan
dalam kolam kekeringan

berjalan perlahan
pasti berkeringat
karena matahari
sudah lelah berteriak-teriak
menyanyikan mantera awan
dari seberang lautan
tak lagi berombak

sungguh
kemarau telah membakar sajakku
suhu udara panas sudah menyiksa
sekujur tubuh tanpa disiram air tanah
keruh
berbau busuk

sunyi hanya mengalirkan darah beku
mengerikan
mematikan
mengejar hujan buatan

Jakarta, Minggu,  22 Oktober 2023.

(Eykel LS)

Diberdayakan oleh Blogger.