Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: Tuduhan Galon Polikarbonat Sebabkan Infertilitas Belum Terbukti

Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Hasto Wardoyo. (Foto: liputan6.com/BKKBN)


JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Hasto Wardoyo, meminta masyarakat untuk tak begitu saja percaya terhadap berita-berita yang menyudutkan air minum dalam kemasan (AMDK) galon polikarbonat dengan mengatakan bisa menyebabkan infertilitas atau gangguan reproduksi. Sebab, dalam dunia kedokteran, suatu makanan atau minuman itu bisa dianggap merugikan jika sudah ada bukti meta-analisa atau teknik statistika untuk menggabungkan dua atau lebih penelitian orisinil.
 
“Kaitannya tidak signifikan antara air galon polikarbonat dengan infertilitas. Ini juga yang saya baca di beberapa jurnal tidak signifikan berpengaruh dan tidak signifikan di dalam air minuman dalam kemasan itu mengandung zat yang bisa menyebabkan infertilitas,” kata Dr Hasto kepada awak media belum lama ini.
 
Hasto sudah melakukan kajian terhadap beberapa jurnal sejak setahun lalu. Ia mengetahui adanya isu yang mengait-ngaitkan air galon polikarbonat dengan penyebab infertilitas. “Saya juga pernah ditanyai hal yang sama oleh wartawan setahun lalu terkait isu ini, dan saya langsung meneliti jurnal-jurnal dan saya kumpulkan, ternyata tidak ada yang menyebutkan hal itu,” cetusnya.
 
Hasto menambahkan, dalam dunia kedokteran, suatu makanan atau minuman itu bisa dilarang karena sudah merugikan, misalnya menyebabkan terjadinya infertilitas. Menurutnya, itu juga kalau sudah ada bukti meta-analisa atau statistical review antarcenter penelitian. “Maksudnya, misalkan ada center penelitian di Australia, Amerika, dan Asia yang menelitinya dan hasilnya sama. Nah, itu baru menjadi rekomendasi. Tapi, kan belum ada yang menunjukkan hasil yang seperti itu hingga saat ini,” jelasnya.
 
Jika belum ada rekomendasi dari asosiasi misalkan terkait infertilitas ini dari ahli antropologi atau ada kolegium antropologinya, lanjut Hasto, maka hal itu tidak bisa direkomendasikan sama sekali. Sampai hari ini, kata dia, tidak ada rekomendasi dari kolegium antropologi yang menyatakan untuk melarang penggunaan air galon polikarbonat.

“Jadi, kalau di kedokteran kita selalu berdasarkan evidence based yang sifatnya orang banyak dan yang sudah terbukti di seluruh wilayah. Sehingga itu menjadi rekomendasi. Tapi, sebelum ada rekomendasi itu, maka kita tidak bisa menganggapnya dilarang atau berbahaya,” tegas Hasto.
 
Oleh karena itu, sambung Hasto, terkait isu air galon polikarbonat yang dikatakan bisa menyebabkan infertilitas itu belum bisa dibuktikan kebenarannya. Istilahnya, menurutnya, belum bisa dijadikan pedoman untuk melakukan pelarangan. “Karena, kolegium yang mengampu masalah kualitas sperma kalau itu dihubungkan dengan sperma atau dihubungkan dengan sel telur, kalau yang obgyn itu kolegiumnya adalah kolegium induk reproduksi dan infertilitas,” ucapnya.
 
Jadi, lanjut Hasto, perlu ada bukti-bukti dari kolegium obgin yang merekomendasikan untuk melarang menggunakan air galon polikarbonat. “Tapi, tidak ada rekomendasi tentang itu sampai sekarang dari pihak obgyn,” katanya.  
 
Hasto mengatakan, infertilitas di Indonesia mayoritas disebabkan adanya penyakit-penyakit infeksi. Kalau pada wanita seperti penyakit keputihan di mana infeksi menyebabkan saluran telurnya buntu. Akhir-akhir ini juga sudah banyak penyebab infertilitas itu karena kegemukan sehingga overweight. "Ini bisa sebabkan perempuan itu akhirnya kemudian kelebihan hormon androgen. Sedang pada laki-laki, infertilitas itu biasanya terjadi pada laki-laki perokok dan peminum alkohol sehingga menurunkan fertilitasnya," ujar dia menandaskan.

 

(nnn)

Diberdayakan oleh Blogger.