Kritisi Sastra : Menelusuri Imaji Liar dalam Puisi Memukau Karya Pulo Lasman Simanjuntak
JAKARTA- Pulo Lasman Simanjuntak, seorang penyair yang telah lama menggeluti dunia sastra, kembali mencuri perhatian para pecinta puisi.
Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Bahasa Filsafat di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, mengungkapkan bahwa karya-karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak penuh dengan teknik pembentukan imaji liar.
“Maksud ‘liar’ di sini merujuk pada penggunaan diksi yang dianggap tidak umum. Sebagai contoh, pemilihan kata ‘janin’ untuk menggambarkan bahwa janin tersebut lahir dari pecahan rahim rembulan menciptakan imaji liar yang unik,” ungkap Prof. Wahyu Wibowo di Jakarta, Kamis (9/1/2025).
Menurutnya, penggunaan kata-kata yang menciptakan imaji liar membuat makna puisi menjadi ambigu, memaksa pembaca untuk merenungi dan menemukan makna yang sebenarnya.
Puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak kaya dengan berbagai bentuk dan warna.Sepanjang kariernya, telah tekun mengusung gaya ini dalam setiap karyanya.
Salah satu bait puisinya, “kuburan berbatu-batu disinari matahari murtad”, menjadi contoh nyata dari pendekatan imaji liar yang diusungnya.
Sebelumnya ketika dihubungi di kediamannya pada Minggu malam ( 5/1/2025) Prof.Dr.Wahyu Wibowo mengatakan dalam proses kreativitasnya, Pulo Lasman Simanjuntak cenderung bergulat dalam sepinya.
" Manusia sepi yang tak hentinya berefleksi tentang hidupnya," ujar penyair yang telah menulis 50 judul buku ini.
"Yang mesti dibaca dalam rangka menonjolkan refleksinya dari ihwal yang ditangkap oleh pancainderanya," katanya lagi.
Itu sebabnya-lanjut Prof.Dr.Wahyu Wibowo- Penyair Pulo Lasman Simanjuntak bisa amat produktif menulis puisi sampai sekarang ini.
"Tanpa peduli apakah pembacanya bisa mencernanya dengan mudah," ucap pria kelahiran Kampung Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957 ini.
Ketidakpeduliannya itu mohon dibaca tidak dalam rangka meraih "litentia poetica", sebagaimana kerap dituduhkan orang jika hendak membela seorang penyair yang puisinyanya "tidak berbicara apa-apa".
" Pada puisi Pulo Lasman Simanjuntak tetap saja terlihat dengan jelas betapa ia hendak mengatakan sesuatu, betapapun ia harus terengah-engah mengatakannya," kilahnya.
Pada puisinya berjudul, "Ulang Tahun Membaca Suara Tuhan", sebagai contoh, Pulo Lasman Simanjuntak kentara menegaskan bahwa lelah hidupnya ternyata tidak membuatnya diundang pada "mimpi purbanya" tentang eksistensi Tuhan.
Ia selalu merasa "terjebak dalam sebuah permukiman liar", yang selalu dibanjiri air mata. Ia selalu berharap bahwa ia memang mesti selalu bergerak dalam kesakitan panjang, sementara usia terus saja beranjak.
"Pilu memang membaca puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak.Dan, kepiluan itu melalui daya perlokutif tertentu mampu bersifat universal. Lasman Simanjuntak memang manusia sepi yang tak hentinya berefleksi tentang hidupnya," pungkasnya.
Ibarat Berada di Kebun Apel
“Ibarat berada di kebun apel, Pulo Lasman Simanjuntak memetik apel-apel dengan bahagia dan riang, lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Begitu apel-apel itu berada di keranjangnya, semua orang akan sepakat bahwa itu adalah apel hasil petikan Pulo Lasman Simanjuntak,” kata penyair dan sastrawan, Herman Syahara di Jakarta, belum.lama ini
Dalam pandangan Herman, setiap puisi Pulo Lasman Simanjuntak seperti berbagai macam apel dengan berbagai warna, ukuran, dan bentuk. Perlakuan unik terhadap diksi menciptakan puisi yang sarat dengan majas-majas rapat dan rimbun.
Namun, perlu dicatat bahwa Pulo Lasman Simanjuntak- selain sebagai seorang rohaniawan yang mengenal podium dan jemaat- juga merupakan seorang jurnalis berpengalaman.
Kombinasi antara keahlian jurnalistik dan pengkhotbahannya terlihat jelas dalam setiap puisi yang dihasilkannya.
Penyair Nanang R Supriyatin juga memberikan apresiasi terhadap karya Pulo Lasman Simanjuntak.
Menurutnya, diksi dan tema yang diusung menciptakan inspirasi bagi pembaca.
“Narasinya dan estetika harus dibangun terus. Diksi dan tema dalam puisi Pulo Lasman Simanjuntak sudah terbangun sangat kuat,” ujar Nanang R Supriyatin.
Dengan keunikan gaya dan imaji liar dalam puisinya, terus mengukir jejaknya di dunia sastra Indonesia.
"Karya-karyanya menjadi sumber inspirasi bagi pembaca yang ingin menikmati keindahan kata-kata yang tak terduga,"pungkasnya.
"Puisi karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak dengan imaji-imaji dan kelebat yang liar ini perlu kita kaji dan teliti bersama," ucap Penyair dan Sastrawan D.Zawawi Imron yang ditulisnya dalam WhatsApp Group Sastra Semesta (SS) di Jakarta, belum lama ini.
"Karya puisinya kental bernada surrealis ini bisa (mungkin) menjadi penyegar. Eksprimen-eksprimen kreatif perlu dilakukan, karena zaman makin melaju ke masa depan," ujar Penyair dan Sastrawan D.Zawawi Imron, kelahiran 1 Januari 1945, mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak TEMU PENYAIR 10 KOTA di Taman Ismail Marzuki tahun 1982.
Sementara Penyair, dan Sastrawan dari Kota Palembang , Sumatera Selatan, Anto Narasoma, berkomentar terhadap beberapa karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak.
“Wah, secara estetik, puisimu begitu kuat Bang Lasman Simanjuntak.Secara semiotik, pemaparan nilai di dalamnya begitu matang. ”katanya.
“Iya. Itulah kandungan jiwa yang sarat estetika sastra. Apabila melihat fokus ide yang ditangkap, ia akan menjadi karya yang bernas dan kaya estetik," katanya lagi.
Sedangkan Penyair dan Cerpenis Humam D Chudori berkomentar singkat pemilihan diksi oleh Penyair Pulo Lasman Simanjuntak dalam karya puisi-nya sungguh luar biasa.
" Menggunakan metafora yang tepat," selanya.
"Puisi-puisi Bang Lasman Simanjuntak memiliki kekhasan pilihan frase dan diksi yang unik, otonom, membuat puisinya berkarakter," pungkas Doddi Ahmad Fauzi, Penyair yang juga mantan Redaktur Sastra Harian Umum Media Indonesia.
Berikut sejumlah puisi awal tahun 2025 (Kamis, 9 Januari 2025) karya Pulo Lasman Simanjuntak.Selamat membaca.
RUMAH DUKA, SAJAKKU MENGALIRKAN GENANGAN AIR MATA
rumah duka
di sini
sajakku
mengalirkan
genangan air mata
sepi terkunci rapi
di sudut ruangan
bunga mawar putih
berbaris tegak
semerbak
bau kematian
jasadnya perkasa
terbaring dingin
wangi peti mati
diawetkan
untuk satu abad
tanpa suara koor gereja
terjebak
pada kesaksian
memanjang
kadang menjemukan
ia lelaki pekerja keras, katamu
punya karakter bipolar
menggenapi
perkawinan ganjil
masa lalunya
membentur
ribuan cerita
keluh kesah
persungutan padang pasir
untuk dikremasi
kemana gerangan khotbah pandita, tanyamu lagi
ditebar sejak sianghari
menyanyikan penghiburan
bertubi-tubi
sampai menembus
tubuh penyakitan
sudah dibakar iman
yang tak bertumbuh dan berakar
konon kata penyanyi berjanggut putih;
ia mati semalam
kurang air garam
kurang asupan vitamin
kurang suntikan protein
oi, rumah duka
di sini
sajakku
mengalirkan
genangan air mata
agar kami semua
para pelayat
ingat giliran siapa
turun perlahan (pasti!)
ke dunia orang mati
sunyi abadi
terasing
sampai kami dibangkitkan
menjemput Tuhan
kekal di awan
Rumah Duka RS.Fatmawati
Jakarta Selatan, Sabtu malam 28 Desember 2024
MENUJU KUBURAN TANPA KEMATIAN
menuju kuburan
pinggir jalan
tanpa kematian
hanya gelisah
berputar pada otak belakang
amarahku
mengeluarkan darah
di atas ranjang
terdengar suara
para dewa kejijikan
bertengkar keras
ataukah tanpa membawa
pisau belati
sejak pagihari
perkawinan ini
hanya persungutan
sekian tahun
jadi sunyi menahun
ayo, kita bergegas
berangkat tancap gas
berdiri di atas tanah merah
mengangkat matahari
lembut sekali
sehingga kita mengerti
maut dan karakter diri
dapat diselesaikan
dengan rukun persaudaraan
terpisah antar benua
terbang mengerikan
sakit dan penderitaan
diselesaikan
dengan mata uang
TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu, 1 Januari 2025
PENYAIR BERJALAN TANPA KAKI KIRI
penyair berjalan tanpa kaki kiri
menuju poli
dindingnya saraf-saraf hati
atapnya terkelupas jadi gunung kapur
usia sering kabur
sejak pagi tadi
di lantai pesakitan
kita mau berdansa
sebab matahari terbit
sudah ditebar satu setengah bulan
siapa mencari luka jatidiri
penyair berjalan tanpa kaki kiri
sia-sia baca puisi
saat terapi
akan berakhir di ranjang operasi
lalu dengan nyanyian amarah
dibakarnya ruang radiasi
rumah sakit dengan diagnosa mengerikan
pedih
perih
kita harus melarikan diri, pesanmu
meninggalkan semua catatan medis ini
antara kecerdasan dan kedegilan
penyair harus terus berjalan tanpa kaki kiri
Jakarta, Selasa 5 November 2024
SAJAKKU TERKAPAR DI TELAPAK KAKI KIRI
1//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
sejak kudaki tubuh laut kian tua
tanpa ombak
tanpa ikan berterbangan
di dermaga sudut kota
lalu mendarat di seberang pulau
diasingkan
di atas mercusuar
tegak berdiri
dengan kidung bebatuan hitam
ditulis ribuan tahun
jadi keterasingan diri
menyatu dengan syair-syair
milik pujangga muncul dari bawah semenanjung tanah melayu
2//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
di atas bebukitan dingin membeku
nyaris ditiup angin musim kemarau
digelar kemah pembantaian darah domba
tanpa suara
usai ibadah dengan doa syafaat
bercampur dengan asap dapur
kenikmatan hari perhentian
gempa bumi di negeri sendiri
diselesaikan dengan baca
sepenggal kitab suci
nyanyian harmonika tua
dari sepasang tubuh lelaki
yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan liar
mabuk tiap dinihari
3//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
membawa satu tekad
kesembuhan abadi
masa mendatang
tanpa pengharapan
hanya iman
karang tegar
tersembunyi
dalam roh hati
Jakarta, Jumat 8 Nov 024
DIAGNOSIS
bermula
sehamparan lantai beton
disuntik kuman
dingin
ia tertidur nyenyak
tak sadar
tubuhnya
dimakan lahap
sangat ganas
bertahun-tahun sudah
menikmati
harta kekayaan
disebar
dengan tangan kemalasan
kini ia terbaring lemah
tenggorokannya lumpuh
paru-parunya berdarah
disedot kesunyian
mencair
dalam slang infus biru
dipanggilnya keluarga inti
menghadap seribu malaikat
berjubah hijau lumut
dipaparkan gejala
tanda klinis
dosanya tersumbat
di jantung
amarahnya bersembunyi
di ginjal
ia sendirian lari ke padang gurun
sangat ketakutan
sudah terbayang hari esok
mimpinya harus kembali turun
ke area pemakaman
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman
vegetarian
Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022
SANTET
mulut lelaki tidur itu
datang diam-diam
dari seberang pulau tikus
selalu tawarkan tipuan
malam mengerikan
di kuburan samping hunian
tubuhnya dari pohon karet
kadang mengeluarkan darah segar
rajin bercumbu
dengan binatang primata
tidur tanpa mantera
sekarang nyawanya
sedang sakit keras
sekeras persungutannya
ditusuk bertubi-tubi jarum tajam
para dukun
jampi-jampi kematian
tak mempan lagi
oleh suntikan kesepian
di atas ranjangnya
bersatu dengan akar bumi
ia bahkan suka bersetubuh
dengan ribuan kutuk busuk
membusuk
sampai dinihari menari-nari
seperti memanggil para arwah
suara senyap
dewa-dewa bermeterai liar
“aku harus datang kepada pawang mpok ida berkuku panjang, minta maaf sambil membawa sekeranjang penyesalan kenapa rumah doa dijual jadi hunian baal perzinahan dan mabuk minuman keras,” katanya masih menunggu bantuan dari benua sodom dan gomora
Jakarta, Kamis 15 September 2022
PERTEMPURAN HARI TERAKHIR
lewat matahari
berputar dalam imaji-imaji liar
hari rayanyaris kelaparan
dalam kesunyian abadi
tanpa tangisan bayi
binatang haram
jadi santapan pesta rohani
di mezbah batu warna biru
penuh amarah
dendammu berterbangan
di atas meja makan
tegur sapa
jadi rajin menolak
sebungkus nyanyian mengerikan
dibuangnya di atas meja kasir
persis berhadapan dengan sekolah
layar lebar dan sulit tidur
di ranjang kemalasan
lalu kutulis puisi
paling mengeras
sekeras hatimu
perempuan berwajah katarak
doyan mengunyah
tumbuh-tumbuhan hijau
rahim terluka
masa lalu
berakar kepahitan
dan penyakit kambuhan
dari pulau seberang lautan
Jakarta , Minggu 8 Mei 2022
LAUT DISENYAPKAN
pasangan betinaku
mari kita berangkat
matahari sudah tinggi
di sana sudah menunggu
tubuh laut untuk sambut
bagi calon baptisan surga
nyaris sukacitaku
menabrak rambu-rambu
batas samudera teluk jakarta
sepanjang jalan kita hanya melihat
lahan kereta api ditumbuhi ilalang
suasana perkantoran gelap
dampak pandemi covid
tak kunjung berlari
padahal perahu sudah harus bersandar
di dermaga batu
bendera merah putih berkibar amat lambat
angin pantai berhembus masuk akuarium
virus juga sudah disuntik vaksin satu kali
ada orang-orang shooting
adegan menguras air samudera di tanah jawa
menikmati santap siang di bandar kesunyian
di dompet celana ada jus jeruk dan melon
suguhan mata uang rupiah
untuk lelaki muda siap hadapi kematian
Jakarta, 31 Mei 2021
SUNGAI MUSI SUATU MALAM
sungai musi suatu malam berkabut
tanpa mata
berawan putih
seperti lelehan lepra
sungai musi kubawa tidur lelap
mimpi dalam sajakku
amat lelah
percikan air sungai
tanpa perahu berlayar
selalu berucap;
selamat datang
jembatan penderitaan
selamat tinggal ikan-ikan
kelaparan
Jakarta, November 2021
OBSESI BERGUGURAN
1//
perkawinan mencapai titik beku
pada roh Tuhan kami ganjil
menghitung musibah
dari waktu
ke pot-pot bunga berduri
pemabuk bunuh diri
di atas tanah bergambut
tancapkan jantung runcing
2//
ribuan batu disedot dari dubur
salju menyambut kelamin
melambungkan angan-angan
menuju ranjang tak perawan
sepasang pohon jati
tumbuh mandul
sampai sekarang
jadi sarang kelaparan
menularkan penyakit kambuhan
tak pernah tidur berkepanjangan
3//
sempat mondar-mandir
makan onderdil mobil
engkau menjilat-jilat darah
otak terbakar
hampir meledak lagi
ayat-ayat suci
titipan pendeta
enam tahun silam
papan catur selalu dikirim
lewat faksimile
terkubur rapi
dalam sajak lumpuh
tempo waktu
ratusan kode pos
membunuh dengkur tidur
tak pernah hadir lagi
4//
berkas penyesalan
harus disemen ( beton paten )
sampai nanti
kita sambut sukacita
kedatangan Tuhan kedua
bersama para penghulu malaikat
suci
suci
baik hidup atau mati
suara kubur tetap memanggil
kita akan diangkat
terbang kudus
menuju langit baru
dunia baru
semoga tak lagi
obsesi ini berguguran
sangat liar
Jakarta, Jumat 18 November 2022
BIODATA :
Penyair Pulo Lasman Simanjuntak memulai karier dalam dunia tulis menulis (kesusasteraan ) secara sejak tahun 1980-an.Karya puisi pertama berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2025 ini berturut-turut karya puisinya dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar, dan majalah), serta 240 media online (website) dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 35 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Kontak Person : 08561827332 (WA)
Email : pulo_lasman@yahoo.com
Facebook : Lasman Simanjuntak/Bro
Youtube : Lasman TV
Tik Tok : Lasman Simanjuntak
Instagram (IG) : Lasman Simanjuntak.
(**/Red)
Post a Comment